Galau yang Dipusingkan Mereka Setelah Lulus
Hujan didepan teras rumah masih belum reda. Siang ini pukul 14.08 WIB, adalah turun hujan yang ke empat kali. Subuh tadi turun, lalu mereda. Turun lagi, reda lagi begitu seterusnya sampai turun lagi di waktu ini, dan baruu saja detik ini mereda.
Kata Nabi, hujan itu kan Rahmah. Sebuah kondisi dimana kita harus banyak-banyak berdoa dan disitu levelling dikabulkannya lebih besar. Anjurannya, kita diminta memohon kebeberkahan atas hujan yang diturunkan Allah ke bumi ini. Walau sebenarnya banyak hal yang aku sesalkan dari turunnya hujan. Jangan ditiru ya, janji aku akan belajar lebih keras untuk berlatih bersyukur...
Aku mau cerita tentang hari-hari pasca lulus yang kata orang merupakan fase-fase tersulit lebih sulit dari ditolak ACC sama dosen pembimbing, atau ngejar-ngejar buat dapatin bimbingan dan tandatangan pas skripsi misalnya. Sampailah aku pada fase itu, dan ternyata itu fakta haha. Tapi nggak sepenuhnya pernyataan itu benar.
Nyatanya, hari-hari setelah lulus memang berat, tapi kita sudah tentu melewati hari-hari yang sama beratnya saat sebelum lulus. Yang bikin beda tuh, amanah yang kita emban. Pas jadi mahasiswa, amanah kita ya kuliah, organisasi, dakwah ((maybe kalo dia mahasiswa aktivis muslim sejati eaea)) termasuk puncak tertingginya ya membagi waktu semua itu dengan keberhasilan skripsian. Pas udah nggak jadi mahasiswa, amanah nya beralih ke pekerjaan ((misal kita bekerja)), ke dakwah juga, ke orangtua dan kakak adik serta keluarga besar, dan ke masyarakat sekitar contohnya terdekat tetangga kanan kiri ((yeekaann)). Sama aja kok. Cuma beda porsi amanah aja..
Tapi nyatanya terjun langsung ke dunia setelah lulus itu memang nggak semudah teori yang ditulis disini. Segalanya jadi amat rumit dan melelahkan. Kadang menjadi gak sepele saat realita beradu sama mimpi-mimpi dan idealisme kita. Misal ya, kita tuh pengen s2, tapi S2 nggak mudah. Walhasil kita ngejar beasiswa dan belajar lebih giat. Eh tapi pas ketemu sama keluarga besar kita ditanya, "nggak pengen apply kerjaan yang sesuai ta?" "Ini lho ada kerjaan di sini kamu berpeluang besar dapat gaji --titttt-- digit". Akhirnya yang tadinya udah berprinsip bakal meraih tujuannya satu dan pasti, eh jadi mumet dan coba pertimbangin ekspektasi orang lain. Padahal sebenernya kita gak butuh-butuh dulu soal kerjaan, tapi pendapat-pendapat tadi kita pikirkan secara beneran, lalu kita serap mentah-mentah dan memenuhi pikiran kita. Sehingga, ga jalan dua-duanya juga ((ga belajar buat ngejar beasiswa dan apply kerjaan)) tapi malah stuck di tempat dengan gangguan psikis.
Jadi, untuk menghadapi itu semua memang perlu ilmu manajemen yang baik, sehingga semuanya bisa berjalan teratur dan rapi. Rajin-rajinlah meminta nasehat dan meminta ruang dari orang yang "lebih" dari kita dan kita percaya untuk memberi dan menerima ruang kita bercerita. Selain Allah, kita juga butuh didengarkan manusia, apalagi kalo cewe nih...
Dan jangan lupa, sesulit-sulitnya kondisi kita, Allah tidak akan pernah memberi situasi diluar batas kemampuan hamba -Nya. Semua yang Allah turunkan pasti mengandung kebaikan. Atas suatu kejadian, pagi hari tadi sewaktu perjalanan belanja ke pasar, aku bertanya ke ummi :
🙋 : "mi, aku capek banget sama semua ini. Emang iya jalan dakwah itu sesulit ini? Ya emang sih ini berkah, dan mbak percaya keberkahan itu nggak kelihatan fisiknya sekarang, tapi suatu hari nanti Allah yang menampakkan. Tapi kenapa mesti sesulit ini? Semuanya harus aku korbankan. Nggak heran banyak orang memilih mundur dan pelan-pelan dari jamaah."
🧕 : "justru disitulah Allah menguji para nabi dan Rasul. Allah itu mau lihat kita percaya dengan janji Nya atau tidak, Allah menguji besarnya keimanan kita lewat hal-hal yang sifatnya sementara ini."
Ini salah satu hal yang membuat aku overthinking setelah lulus. Ternyata, aku belum sesiap itu dengan amanah-amanah yang ada. Padahal apa yang aku jalani itu bisa jadi pintu masuknya keberkahan. Kadang idealisme kita memang nggak bisa kita luruhkan seluruhnya di kondisi hidup kita hari ini. Tapi kita bisa belajar untuk menjalani semua itu dengan ilmu. Jangan memutuskan segalanya sendirian.. Itu kuncinya.
And the last, aku menyadari bahwa tulisan ini isinya lebih banyak curhatnya. Lebih banyak ngeluhnya. Tapi siapapun kamu yang baca, dan kalaulah ternyata pernah kamu alami juga, semoga Allah selalu menguatkan pundakmu ya. Jangan lari dari situasi sulit, karena kemanapun kita lari, kita akan tetap menjumpai bumi -Nya yang tidak lepas dari kesulitan-kesulitan lainnya. Semoga doamu kencang, hatimu lapang, dan pertemuanmu dengan orang-orang shalih yang selalu mengingatkanmu dengan hal baik menjadikanmu manusia yang selalu semangat menjalani hari-hari kedepan.
Ingat, kita dicipta dengan tujuan mulia, dan tidak untuk kesia-siaan.
-Nuha <3
*Tuhkan sampai hujannya udah reda yang ke enam sekarang.
0 comments