Piring Ditumpuk Tengah.

Selamat hari raya idul Fitri! 
Hari ini masih tanggal 8 Syawwal. Ya memang baru saja terlewat 1 pekan hari raya idul Fitri. Rasa-rasanya, masih saja seperti Ramadhan. Rasa-rasanya esok pagi harus bangun dini hari, lalu bersiap menyantap sahur, dan malamnya selepas shalat Maghrib bergegas beranjak, lalu menyiapkan tempat dan tikar untuk para jamaah shalat tarawih di rumah.

Ah, merindukan yang baru saja lewat... 
Namanya saja rasa-rasanya. 
Mungkin, sebabnya aku melewatkan puasa Ramadhan di hari-hari terakhirnya. Aku kedapatan tamu. Jadi mungkin itu yang membuat seakan aku kurang melakukan puasa dan merindukan keseharian bersama bulan mulia nan berkah itu.

Banyak doa dipanjatkan, salah satunya semoga Allah menerima amal yang amat nihil ini dengan catatan keikhlasan dimata Allah. Semoga tahun depan diberi sehat dan kecukupan usia untuk melaksanakan Ramadhan dengan sebaik-baiknya dengan hadirnya junnah ummat ini. Aamiin

Nah, aku mau cerita nih. 
Kemarin hari ahad-selasa, lebih tepatnya hari ke-3 Syawwal hingga hari ke 5 Syawwal, kami sekeluarga melakukan aktivitas mudik ke kampung halaman keluarga besar. Ya memang keluarga besar semua ada di kota tersebut (nama kotanya di sensor yah ^^) jadi kalo mau mudik yaa paling kesana-sana aja. Hehe

Di hari terakhir, sewaktu perjalanan pulang mudik kami, di Karangkates, kami sekeluarga mampir untuk makan siang di sebuah pujasera waduk Lahor. Kalau dari segi makanannya sih, enak dan hangat. Kalau harganya, ya tentu ditinggikan, namanya juga tempat wisata dan jujugan para pengendara. Kalau dari segi tempatnya, luas kok.  Hanya saja harus bergantian bangku dan meja tamunya karena sangat banyak pengunjung yang mampir makan disana.

Kami berlima menyantap makanan dengan lahap hingga habis. Di akhir makan, aku mengambil alih perintah ke adik-adik ku. Dan terjadilah sebuah percakapan. 

" Ayok kesini-in piringnya. Aku tata. "
(Jadi, aku menyuruh adik-adik ku membantu mengarahkan bekas alat-alat makan mendekat ke aku, supaya bisa ditumpuk rapi di tengah, dan tidak berserakan.)

Adikku yang perempuan menjawab "udah kak, biarin aja kaya gitu. Orang nanti ada yang bagian beresin kok. " 

"Laiya, kak Nis ini dari kemarin lho kak Sal, ribet dewe habis makan." Imbuh adikku yang lelaki, sambil masih menghabiskan sisa-sisa nasi yang tertinggal di piring makanya.

"Jangan dong. Ini bagian dari life hack muslim. Ayok, di Jepang itu habis makan selalu di giniin lhoh. Piring gelas ditumpuk tengah, nanti pegawai tinggal ambil. Ini tuh meringankan tugas pegawai kebersihannya. Ayok kita bantu"

Dan bapakku langsung nyeletuk "ndek Islam yoo wes diajari ngunu mbak"

"Hmm, kan, kamu itu malah ambil contoh negara ga berideologi shohih. Ideologi mu sendiri nggak mbok jadikan contoh" sergap adikku yang tadi ngibulin aku ambil pendapat lagi. 

*Aku kicep*
*Udah bingung harus jawab apalagi soalnya yaa perkataan mereka emang ada benernya wkwk tapi ya ada salahnya, kenapa ga take action kenapa malah omdo pas aku nata-nata bekas alat makan*
///////////
Ya begitulah keseharian kami yang selalu beradu mulut dan menjadikan slogan berantem sebagai bumbu persaudaraan kehidupan ini hehe.

Karena kadang yang kita ributkan emang hal bener. Ya tapi ga mau kalah pendapat aja. But, yang dibilang adikku bener kok. Kalau jauh sebelum Jepang punya kebiasaan food manner kaya gitu, atau punya kebiasaan rapi, bersih, tertata, makan makanan sehat, Islam sebagai agama dan ideologi sudah punya konsep itu duluan.

Islam mengajarkan kebersihan dan keindahan. Islam juga mengajarkan untuk berta'awun atau saling menolong, tanpa pandang siapa yang harus dan perlu ditolong. Makanya kenapa membantu merapikan alat makan di restoran juga bagian dari pa yang diperintahkan Islam. Karena semua itu bentuk kebersihan, kerapian, dan perilaku menolong.

Itu baru soalan makan ya. Belum urusan kehidupan yang lainnya, dimana Islam juga punya konsep sempurna. Manner-manner/tata aturannya ya sebenernya membawa maslahat buat manusia. Tapi manusia nggak nyadar aja. Akhirnya manusia hanya cari maslahat dan lupa dengan kewajiban mentaati aturan Allah tadi. Padahal kalau taat seluruhnya, maslahat sebagai bonusnya justru akan dirasakan. 

Jadi, ya terus belajar aja sih kesanku.
Karena seumur hidup kit ga bakal jadi orang pinter. Nanti keminter kaya Firaun.
Alias, terus belajar apa aja aturan Allah yang harus kita terapkan dan aplikasikan. 
Sampai Allah nyatakan kita harus pulang..

0 comments