Sebenarnya hari ini jatahku menulis opini bulanan. Sebab kemarin komitmenku kurang memenuhi, aku harus menambah lagi di opini susulan.
Tapi jujur, sampai malam ide tak kunjung datang, dan aku memutuskan untuk terus berpikir karena tak bisa dipungkiri biasanya ide baru muncul dikepala saat sudah power kepepet. Maklum kebiasaan jelek ini kok masih dipertahankan aja.
Tadi siang ummi mengajak pergi ke tempat yang nggak biasa kita kesana. Tumben sekali minta ditemani untuk pergi ke toko kitab. Biasanya juga abi yang ngajak ke gramed atau togamas. Malah biasanya nyuruhnya ke perpustakaan si hehe.
Nah toko kitab yang dimaksud ummi ini, tempatnya nggak dekat sih, tapi sangat fleksibel karena lokasinya sering sekali dilewati untuk beberapa hal dan kondisi. Ya pokoknya toko kitab itu berada di daerah yang sangat bersejarah buat keluarga kecil kami.
Sebenarnya aku masih sangat heran sekaligus bertanya-tanya dengan keasingan yang ada pada ummi. Kejadian hari sebelumnya :
Pagi ;
🧕"Mbak Nisa, menurut mbak mana yang lebih bagus, tafsir Ibnu Katsir atau tafsir Al-Qurthubi? "
Dan aku hanya jawab, "wah maaf mi, aku kurang tahu yang begitu, belum ranah belajar tafsir mi hehe. Mi tanya ke ustadzah itu lhoo (dan aku lupa namanya), teman ummi yg lulusan Azhar itu lho mi, coba.."
Siang ;
🧕"Mbak coba dong rekomendasikan ummi kitab tafsir.."
👧"lho kan ummi sama Abi udah punya tuh, tafsir Ibnu Katsir lengkap di Musholla.."
🧕 " Itu bahasa Indonesia mbak.. ummi butuh yang bahasa Arab..''
👧"Oalah wkkwk. Iya sih mi, belajar kitab terjemahan biarpun sama selalu nggak seenak pake kitab aslinya langsung. Meskipun ribet ngartiin dulu hiks.."
Siang, 15 menit setelahnya ;
🧕" Mbak, coba se, cari di online kira-kira tafsir Ibnu Katsir sampai berapa ya buat perbandingan harga.. "
👧 (Meluncurr ke shopi)
Dua hari kemudian ;
🧕" Mbak, kuliahnya sampai jam berapa ?''
👧 "Sebelum dhuhur udah selesei kok mi.."
🧕"Oh ya udah nanti setelah selesai kuliah temani ummi ke toko kitab jl. Sasak yaa, kita lihat kitab tafsir disana"
Yaaa kurang lebih begitulah cuplikan singkat percakapan ummi sama aku beberapa hari ini, dan cukup menyiratkan kegelisahan di hati ummi bukan?
Siangnya pas, seusai kuliah, aku mengantar ummi ke tempat yang dituju. Yaap toko kitab dong. Kulirik semburat wajahnya yang lelah, tapi sumringah begitu melihat kitab-kitab berjajaran dipasang disana. Dan akhirnya.. dapat dong kitab yang dimaksud. Say Alhamdulillah.
....
Jujur, aku sangat insekyur dengan kondisi ini. Beliau sudah berumur dan habis waktu oleh urusan rumah tangga dan dakwah tapi tak merasa usai belajar. Ini kali pertama ummi kelihatan semangat banget buat beli kitab Arab. Sedangkan aku? Kitab Arab peninggalan dari belajar di pesantren kemarin aja jarang lagi kubuka. Ya oleh karena alasan tiada guru. Tapi seharusnya itu bukan alasan sih. Ummi aja yang sebegitu sibuknya masih menyempatkan diri. Bahkan nih soal belajar balaghah juga beliau yang selalu ingetin.
Malu banget rasanya ketika anak tak bisa meniru teladan yang jelas didepan mata. Everyone with different process and progress.
Jadi, aku berusaha memahami hikmahnya, bahwa selama Allah masih memberikan nafas, maka selama itu pula Allah masih menitipkan amanah dan kesempatan. Kata orang, belajar itu ibarat nafas.. yang tanpanya kita bisa mati.
Dan juga... Hikmah lainnya adalah
Punya kitab itu dibaca neng ! Jangan cuma jadi pajangan lemari baca biar keliatan Sok ilmuan aja ! Wkkw
Semangat dan Istiqamah menempa diri :)
0 comments